Waspada Child Grooming, Kenali Ciri-Ciri Pelaku dan Dampaknya pada Anak

 






Jurnis.id - Belakangan ini, isu mengenai Child Grooming menjadi sorotan publik setelah munculnya rumor yang melibatkan aktor Kim Soo Hyun dan Kim Sae Ron. Perbedaan usia yang mencapai 20 tahun di antara keduanya memicu banyak perdebatan di kalangan netizen, terutama yang menganggap bahwa hal tersebut bisa masuk dalam kategori tindakan Child Grooming. Istilah ini merujuk pada salah satu bentuk kekerasan seksual terhadap anak.

Psikolog klinis Universitas Indonesia, Kasandra A. Putranto, menjelaskan beberapa ciri-ciri pelaku Child Grooming yang perlu diketahui masyarakat untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak. Pelaku Child Grooming umumnya memiliki sifat manipulatif dan sangat mahir dalam memanipulasi emosi. Mereka juga mampu membangun kepercayaan dan menjalin hubungan yang erat dengan anak-anak maupun orang dewasa di sekitar mereka.

Kasandra juga mengungkapkan bahwa pelaku Child Grooming sering berasal dari lingkungan terdekat anak, seperti anggota keluarga, guru, atau orang dewasa lainnya yang memiliki akses kepada anak tersebut. Selain itu, remaja atau anak yang lebih tua pun dapat menjadi pelaku terhadap anak yang lebih muda. Penggunaan media sosial juga kerap dimanfaatkan pelaku untuk menjalin komunikasi dengan korban.

Lebih lanjut, Kasandra menjelaskan bahwa anak-anak yang cenderung merasa kesepian atau memiliki sedikit teman lebih rentan menjadi korban. Setelah mengidentifikasi anak yang rentan, pelaku akan berusaha menghabiskan waktu untuk membangun kepercayaan dan menciptakan ikatan yang kuat, sebelum akhirnya membawa hubungan tersebut ke arah yang lebih berbahaya. Namun, hal ini bukan berarti kita harus menaruh rasa curiga pada setiap orang yang dekat dengan anak. Sebaliknya, kita perlu menciptakan ikatan yang lebih kuat dalam keluarga, serta membuka ruang komunikasi yang sehat di antara orang tua dan anak.

Dampak dari Child Grooming pada anak tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga emosional dan psikologis. Anak-anak yang menjadi korban sering kali merasa bingung, terisolasi, dan kehilangan rasa percaya diri. Karena pelaku grooming sering membangun hubungan yang sangat dekat dengan anak, korban bisa merasa bahwa apa yang mereka alami adalah bentuk perhatian atau kasih sayang, yang dapat membuat mereka sulit untuk mengenali bahwa mereka sedang dieksploitasi.

Penting untuk dicatat bahwa Child Grooming memiliki dampak dan perilaku pelaku yang berbeda dari pedofilia. Namun, baik Child Grooming maupun pedofilia harus diproses berdasarkan bukti yang valid melalui jalur hukum, bukan sekadar berdasarkan opini sepihak. Kasus ini juga perlu kesadaran masyarakat, pendidikan, serta perlindungan hukum harus terus ditingkatkan untuk mencegah tindakan yang merugikan anak-anak. Pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait perlu bekerja sama dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus seperti ini.


•••••
Penulis: Putri
Redpel: Nabela
Sumber: Kompas dan Tribun Jatim

Komentar