Waspada Terhadap Penggunaan Media Sosial yang Berlebih
Jurnis.id - Di era digital yang serba cepat baik pada bidang teknologi komunikasi, maupun teknologi informasi banyak memudahkan manusia dalam memenuhi dan memperoleh informasi meliputi edukasi, hiburan dan lain-lain. Saat ini media sosial memiliki popularitas serta lekat dengan bagaimana cara remaja dapat menghabiskan waktu mereka untuk berinternet, karena pada media sosial banyak memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkomunikasi dengan teman ataupun keluarga.
Berdasarkan data penggunaan media sosial terpopuler tahun 2024 menurut databoks.katadata.co.id diperoleh hasil; Youtube dengan 139 juta oengguna (53,8% dari populasi), Instagram dengan 122 juta pengguna (47,3% dari populasi), Facebook dengan 118 juta pengguna (45,9% dari populasi), Whatsapp dengan 116 juta pengguna (45,2% dari populasi), Tiktok dengan 89 juta pengguna (34,7% dari populasi).
Dengan berbagai bentuk komunikasi seperti chatting untuk berbagi pengalaman, dan informasi, saling memberikan komentar dan aktivitas lainnya dapat dilakukan oleh beberapa media sosial. Tidak hanya itu, di media sosial mereka juga bisa menjalin pertemanan dan komunikasi dengan orang yang sama sekali belum mereka kenal di dunia nyata, seperti menambah pertemanan di Facebook, mengikuti (follow) akun di Instagram, Tiktok, dan X, serta membagikan nomor telephone pada Watshapp dan juga Telegram. Dari aktivitas yang diberikan tersebutlah, media sosial menjadi sebuah hal yang menarik. Mereka dapat beranggapan bahwa media sosial memberikan wadah bagi mereka untuk tergabung dalam sebuah komunitas yang terdiri dari orang-orang yang memiliki ketertarikan sama. Ruang tersebut menjadi ajang bagi mereka untuk berpartisipasi secara aktif maupun pasif terkait dengan pertukaran informasi dan pengalaman.
Salah satu alasan mengapa media sosial menjadi daya Tarik bagi remaja, karena media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk memperkuat identitas mereka. Jika terdapat anak yang tidak aktif atau tidak menggunakan media sosial yang sama seperti lainnya, artinya anak tersebut termasuk tidak mengikuti aktivitas yang dilakukan teman-temannya di media sosial tersebut, hal itu dapat berisiko tertinggal dan bisa menimbulkan perasaan terpinggirkan dalam lingkungan sosialnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan anak dan remaja. Bagi kalangan remaja, media sosial sudah menjadi kegemaran yang membuat penggunanya tiada hari tanpa membuka media sosial.
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek dan fungsi untuk memasuki fase dewasa. Remaja umumnya mengenali potensi bahaya dalam bermain media sosial, kesadaran ini dapat diperoleh dari informasi-informasi dan kasus yag terjadi di media sosal (pemberitaan pada media sosial lainnya). Walaupun menyadari akan adanya potensi bahaya, hal tersebut tidak membuat sebagian dari mereka bijak dalam menggunakan media sosial bahkan cenderung menjadikan media sosial sebagai kebutuhan pokok. Maka dari itu peran orang tua dan pola asuh menjadi penting dalam menjaga perilaku remaja di media sosial. Kebanyakan dari mereka mengisi waktu kosong dengan media sosial tanpa kendali, lupa waktu, terlibat percakapan yang berisiko mengarah kepada penipuan atau criminal dan mengakses konten yang tidak ramah anak. Waktu kosong yang diisi dengan bermedia sosial semata tanpa kontrol yang memadai dari orang tua atau wali dapat berpotensi menyebabkan remaja mengalami kecanduan media sosial.
Selain efek yang nyata seperti kekerasan dan pornografi, media sosial juga memiliki efek lain yang dapat menyebabkan kecanduan yang mengnyampingkan akal sehat, hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku remaja. Masalah terbesar dengan media sosial saat ini adalah Too Much Information. Banyak remaja yang mengisi waktu luangnya dengan mengakses media sosial secara tidak sadar mengungkapkan terlalu banyak informasi tentang kehidupan pribadi mereka. TMI ini mendorong potensi perilaku FOMO, Fear of Missing Out atau “takut ketinggalam zaman”. FOMO ini mendorong remaja untuk terus mencari dan berbagi infrmasi dari internet melalui media sosial. Pada tahap ini inilah remaja sangat rentan terhadap risiko predator online, pornografi, kekerasan, perundungan dunia maya, invasi privasi, dan pencurian identitas.
Tak hanya itu, dampak negative media sosial yang lain adalah menciptakan jarak antara anak dan orang tua ataupun lingkungan sosialnya. Remaja menggunakan istilah “strategi dekat tetapi jauh, dan jauh terasa dekat. Selain itu, dampak negative lainnya ada pada kesehatan remaja. Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan media sosial yang berlebihan, berakibat berkurangnya penglihatan anak secara signifikan karena konsumsi media sosial yang berlebihan. Dampak lain yang sering terjadi juga adalah perasaan gelisah saat dirinya dipisahkan dari perangkat bermedia sosial karena mereka beranggapan tidak memiliki banyak alternatif penghilang rasa bosan atau pengisi waktu selain bermedia sosial.
Untuk meminimalkan dampak negatif penggunaan media sosial terhadap perilaku remaja, peran aktif orang tua sangatlah penting. Orang tua dapat memantau serta memberikan pemahaman tentang penggunaan media sosial secara sehat, termasuk menetapkan batas waktu penggunaan dan mengajarkan literasi digital. Di sisi lain, sekolah dapat menyelenggarakan program edukasi terkait penggunaan media sosial.
Selain itu, remaja perlu diajak untuk mengembangkan kegiatan positif di luar media sosial, seperti terlibat dalam komunitas sosial yang mendukung pertumbuhan karakter. Dengan menciptakan keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata bersama ini akan membantu remaja tumbuh menjadi individu yang bijak, berkarakter, dan tangguh di tengah era digital.
••••
Penulis : Delviana
Redpel : Feari
Komentar
Posting Komentar