Deepfake: Ancaman Nyata Bagi Jurnalisme di Era Digital

 


Jurnis.id - Perkembangan teknologi yang begitu cepat turut menambah ancaman kejahatan dunia maya. Salah satunya adalah inovasi kecerdasan buatan (AI), meski memberikan kemudahan, juga berpotensi membahayakan. Biasanya penggunaan deepfake video untuk penipuan yang terlihat sangat nyata.

Dilansir dari Tempo.co, deepfake video adalah video rekayasa yang diproduksi menggunakan teknologi AI untuk memanipulasi atau memutarbalikkan fakta tentang apa yang sebenarnya dilakukan atau dikatakan seseorang. Penggunaan deepfake video untuk melakukan kejahatan penipuan bisa menyerang siapa saja. Namun, sering kali video tersebut digunakan dalam berbagai macam penipuan termasuk investasi, hubungan seksual atau asmara, manipulasi politik, hingga pencemaran nama baik.

"Munculnya deepfake dengan kemampuan untuk menciptakan video yang sangat meyakinkan namun sepenuhnya palsu adalah tantangan besar bagi jurnalisme," kata Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, Guru Besar di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dalam wawancaranya dengan Kompas.com (29/4/24). "Informasi yang salah dapat menyebar dengan kecepatan luar biasa, merusak kepercayaan publik terhadap media dan proses demokrasi."

Dalam konteks ini, jurnalisme memiliki peran krusial dalam menyajikan fakta dan membentuk opini publik berdasarkan kebenaran. Dengan adanya video AI yang sangat realistis, muncul risiko besar bahwa pihak-pihak tidak bertanggung jawab akan menggunakannya untuk memanipulasi opini publik, menyebarkan propaganda, atau melancarkan serangan reputasi terhadap individu atau organisasi.

Sejumlah media seperti Reuters dan BBC mulai mengadopsi alat deteksi AI untuk memverifikasi keaslian konten, termasuk pelatihan tim redaksi dalam identifikasi manipulasi video. Namun, efektivitasnya masih terbatas mengingat kecepatan pembuatan konten AI mengalahkan proses verifikasi manual. Hal ini dilaporkan oleh Reuters Institute (2023) dan BBC Verify (2024).

Meskipun teknologi video AI menawarkan peluang kreatif, ancaman yang ditimbulkannya terhadap jurnalisme dan integritas informasi tidak dapat diabaikan. Jurnalisme harus secara proaktif menghadapi tantangan ini dengan memperkuat verifikasi, berinvestasi dalam teknologi deteksi deepfake, dan mengedukasi publik tentang bahaya misinformasi. Masa depan jurnalisme akan sangat bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dan mempertahankan perannya sebagai penjaga kebenaran di era AI yang semakin canggih.

•••••
Penulis: Rifsya
Redpel: Nabela
Sumber: Tempo, Kompas

Komentar

Postingan Populer