Brain Rot: Bahaya Konten Receh bagi Kesehatan Mental
Jurnis.id - Di tengah maraknya penggunaan media sosial, muncul sebuah fenomena baru yang mengkhawatirkan, yaitu Brain Rot. Istilah ini merujuk pada kondisi penurunan fungsi kognitif dan kesehatan mental yang disebabkan oleh paparan berlebihan terhadap konten dangkal atau receh di platform digital. Konten semacam ini, meskipun menghibur, sering kali tidak memberikan nilai edukatif bagi otak. Ketika dikonsumsi terus-menerus tanpa keseimbangan dengan konten yang lebih bermutu, otak mulai kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis, mengingat informasi dengan baik, hingga membuat keputusan secara rasional.
Gejala Brain Rot dapat muncul secara perlahan dan sering kali tidak disadari. Beberapa tanda yang umum ditemui antara lain menurunnya tingkat konsentrasi, mudah terdistraksi, lupa waktu saat bermain ponsel, kurang tidur akibat scrolling berlebihan, emosi yang tidak stabil, serta meningkatnya rasa tidak sabar. Kondisi ini diperburuk oleh kebiasaan mencari hiburan instan, di mana otak menjadi terbiasa menerima rangsangan cepat tanpa perlu berpikir mendalam. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat menurunkan fungsi eksekutif otak, yang berperan penting dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian diri.
Untuk mencegah dampak negatif Brain Rot, dibutuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan waktu dalam menggunakan media sosial. Langkah awal yang disarankan adalah membatasi waktu penggunaan ponsel, idealnya tidak lebih dari 2 hingga 3 jam per hari. Selain itu, mengisi waktu dengan kegiatan fisik seperti olahraga, bersepeda, atau berjalan-jalan di luar rumah dapat membantu menyegarkan pikiran dan menjauhkan diri dari ketergantungan digital. Berinteraksi secara langsung dengan keluarga dan teman juga sangat dianjurkan, karena hubungan sosial yang sehat terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan mental.
Penting pula untuk lebih selektif dalam memilih konten yang dikonsumsi. Alih-alih terus-menerus menonton video pendek yang tidak bermakna, pengguna media sosial disarankan untuk menyisihkan waktu menikmati konten yang bersifat edukatif, seperti video tentang pengembangan diri, bisnis, parenting, keterampilan rumah tangga seperti memasak, atau bahkan dokumenter ringan yang membuka wawasan. Dengan begitu, media sosial tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat pengembangan diri yang positif dan bermanfaat.
Fenomena brain rot bukan sekadar istilah viral, tapi mencerminkan perubahan pola pikir akibat konsumsi media sosial yang berlebihan. Meski media sosial bersifat netral dan bisa memberi manfaat, tanpa kontrol yang bijak dari penggunanya, dampaknya bisa merusak otak. Karena itu, penting untuk membangun literasi digital, mengatur waktu layar, dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan nyata demi kesehatan mental dan kejernihan berpikir.
•••••
Penulis: Dhara
Redpel: Nabela
Komentar
Posting Komentar