Tingkatkan Nilai Jual Pertanian, Mahasiswa KKK Lebakwangi Olah Pare Jadi Camilan


Jurnis.id — Mahasiswa Kuliah Kerja Kemasyarakatan (KKK) Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang yang ditempatkan di Desa Lebakwangi menghadirkan inovasi baru dengan mengolah pare menjadi keripik. Sosialisasi sekaligus perkenalan produk olahan palawija ini diselenggarakan pada Minggu, 31 Agustus 2025. Ide tersebut muncul dari hasil survei tim Divisi Ekonomi yang menemukan potensi pada tanaman palawija di wilayah tersebut.

Adil, Koordinator Divisi Ekonomi, menjelaskan bahwa pembuatan keripik pare bertujuan untuk menambah nilai jual hasil pertanian. Sosialisasi pembuatan keripik pare mendapat respon positif dari pengelola pertanian serta masyarakat yang hadir.

“Mereka baru tahu kalau pare bisa diolah menjadi keripik. Ini hal baru di Lebakwangi. Dari empat tanaman palawija—pare, labu siam, oyong, dan kacang panjang—kami melihat potensi terbesar ada di pare. Produk ini unik dan berpeluang besar bagi warga Lebakwangi,” jelas Adil.

Namun, Adil menekankan bahwa keberhasilan peningkatan ekonomi warga dari program ini masih sekitar 50 persen, mengingat kegiatan baru sebatas sosialisasi. “Kami hanya sempat memberikan pelatihan pembuatan, mulai dari awal hingga pengemasan. Waktu yang terbatas membuat kami belum sempat membantu dalam hal pemasaran,” tambahnya.

Meski begitu, Adil berharap agar program ini dapat benar-benar terealisasi dan membantu warga sekitar dalam menambah penghasilan.

Dera, Ketua Kelompok KKK Desa Lebakwangi, menilai inovasi keripik pare jauh lebih efektif dibandingkan hanya menjual pare mentah. “Kalau dijual mentah, harganya rendah dan cepat rusak. Tapi kalau diolah menjadi keripik, nilainya naik, daya tahan lebih lama, dan bisa dipasarkan lebih luas, bahkan keluar daerah. Jika dikembangkan, keripik pare bisa menjadi produk unggulan desa, membuka peluang usaha baru, sekaligus memperkuat identitas Lebakwangi sebagai daerah kreatif dalam mengolah hasil pertanian,” terang Dera.

Meski ada tantangan pada rasa pahit pare, Dera menyebut teknik tertentu dapat mengurangi rasa tersebut. “Mulai dari proses perendaman, pemberian bumbu, ketebalan irisan, hingga teknik penggorengan bisa membuat rasa lebih gurih dan lebih mudah diterima konsumen,” katanya.

Dengan adanya program ini, diharapkan olahan keripik pare tidak berhenti hanya pada tahap sosialisasi, melainkan berlanjut menjadi usaha nyata yang bermanfaat bagi warga serta membantu perekonomian Desa Lebakwangi.

Penulis : Rangga
Redpel : Rh

Komentar