Suka Duka Jadi Jurnalis
Bogor – Menjadi
jurnalis tidak selalu senang, namun ada juga duka nya. Anggun Tifani
menjelaskan pengalaman nya selama ia menjadi seorang jurnalis.
Baginya,dunia jurnalis sangat seru, bisa bertemu
orang-orang penting, dan bisa bertanya tentang keresahan masyarakat kepada
orang yang berkaitan. Jadi jurnalis juga bisa mengetahui segala informasi lebih
awal dari pada orang lain.
Ia pertama kali terjun di dunia jurnalistik pada saat
masih kuliah semester 5. “Semester 3 nya masih belajar, di semester 5 nya aku
kerja di koran lokal,” ujarnya. Saat pertama kali ia terjun ke lapangan, ia
dihadapkan dengan demo buruh. “demo buruh nya lumayan juga tuh, sampe akhirnya
permintaan mereka di terima,”ujarnya.
Ia pertama kali bekerja di sebuah media bernama Radar
Banten, Jawa pos, milik Dahlan Iskan pada November 2017. “Pertama kali liputan
itu yang langsung sekelas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) gitu,”ujarnya. Saat itu
liputan yang ia lakukan bukan seperti wawancara pada umum nya, melainkan live
twit. “aku nyampein nya bukan seperti live report, tetapi dalam bentuk twit,”
ujarnya.
Karena ia suka menulis, dan ingin hal itu menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jadi ia menyukai
dunia jurnalistik. “Dengan jadi jurnalis,aku terpaksa untuk menulis.” Ujarnya.
Pengalaman yang ia dapat sangat banyak. Ia pernah
mengungkap berita tentang prostitusi di daerah pinggiran bandara yang berkedok
warung remang-remang. “Dari situ aku bener-bener terjun ke lapangan sendiri,
terus mungkin karena temen aku di minta kantornya untuk ngeberitain, jadinya
dateng sama temen-temen,” ujarnya. Ia mewawancarai warga, konfirmasi dengan pak
lurah dan pak camat, dan sempet di tolak oleh camat tersebut, lalu konfirmasi
dengan Satpol PP.
“Akhirnya
warem itu di razia dan belom buka sampe sekarang,” ujarnya dengan senang. Ia
sangat senang karena berita yang ia tulis tersebut di tindak lanjuti.
“Alhamdulillah berita aku terlaksana dan ada gunanya, ditindak lanjuti setelah
aku nulis,”ujarnya.
By : Rojviyani Tsaqila.
Komentar
Posting Komentar