Ilustrator VS AI

Ilustrator VS AI
Jurnis.id- Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat berbagai bidang industri ikut terbantu dengan kecanggihan yang ada. Kecanggihan teknologi ini jugalah yang membuat semua orang selalu ingin tahu dan belajar lebih banyak hal tentang perkembangan teknologi tersebut, tak terkecuali dengan teknologi AI atau Artificial Intelligence, sebuah kecerdasan buatan yang digemari banyak orang di tahun 2023 ini.
Morales (2020) menyebutkan, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah bidang ilmu komputer dan teknik yang berkaitan dengan pemahaman komputasi dari apa yang biasa disebut perilaku cerdas, dan dengan penciptaan artefak yang menunjukkan perilaku tersebut. Tokoh lain seperti Chichester dan Giffren (2019) juga mengatakan perangkat lunak AI fleksibel dan dapat mengotomatiskan tugas-tugas dalam organisasi, yang tidak memerlukan kreativitas tingkat tinggi berkat algoritma, yang merupakan prosedur sistematis untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.

Dalam sejarahnya, AI sendiri telah hadir sejak tahun 1956 ketika pertama kali ditemukan oleh John McCarthy yang kini dikenali sebagai “Bapak AI”. Dan tanpa kita sadari AI telah hadir dalam kehidupan kita sejak lama hingga sampai sekarang ini. Media sosial, GPS navigation, asisten virtual hingga chatbot merupakan beberapa bentuk contoh AI yang telah banyak digunakan oleh masyarakat untuk mempermudah pekerjaan mereka. ChatGPT atau Chat Generative Pre-trained Transformer, merupakan salah satu mesin pencari (search engine) terkenal yang dibuat oleh OpenAI pada November 2022. Tak bisa dipungkiri, kecerdasan terkenalnya ChatGPT di seluruh dunia membawa nama AI menjadi semakin tenar di segala bidang industri tak terkecuali pada bidang seni rupa.

AI Art Generator merupakan salah satu bentuk kecanggihan AI pada bidang seni rupa. AI Art Generator memanfaatkan kecerdasan buatan untuk menghasilkan suatu gambar-gambar tertentu ketika kita menuliskan suatu ‘prompt’ pada generator yang ada pada aplikasi atau website tersebut. Beberapa aplikasi atau website AI Art Generator yang terkenal antara lain Midjourney, Nightcafe, Stable Diffusion AI, Hotpot AI, Dall-E 2, adapun aplikasi atau website yang sudah sangat mendunia seperti Picsart dan Canva juga menyediakan AI Art Generator didalam fitur terbaru mereka. Sekilas terdengar mudah untuk dilakukan, hanya dengan mengetik satu atau beberapa prompt (kata) pada generator, kita akan langsung disuguhkan hasil gambar yang kita inginkan, efisiensi dan kecepatan yang ditawarkan AI Art Generator inilah yang menjadikannya sangat unggul bagi semua orang.

Memang, tidak salah jika ingin menggunakan kecanggihan AI yang ada, namun dalam hal bidang kesenian rupa hal ini menjadi perdebatan bagi semua orang. Terutama para ilustrator konvensional yang sangat menentang bahkan mengecam adanya penggunaan AI Art Generator pada bidang seni rupa, bahkan para ilustrator konvensional ini juga merasa dirugikan dengan penggunaan AI ini. Sudah sejak dahulu kala para ilustrator merasa apresiasi masyarakat pada bidang seni sangatlah minim, dan kini munculnya AI membuat kemarahan ilustrator konvensional menjadi tak terbendung lagi.

Kemarahan ini berdasar kepada komentar masyarakat tentang seni rupa yang diciptakan oleh para ilustrator konvensional yang dianggap semudah membuat gambar dengan menggunakan AI Art Generator, masyarakat juga berkomentar tentang mahalnya harga commision gambar atau ilustrasi yang beredar di pasaran membuat banyak masyarakat beralih memilih menggunakan AI Art Generator untuk menciptakan gambar yang mereka inginkan sendiri.

Para ilustrator konvensional pun menampik komentar masyarakat tentang gambar atau ilustrasi yang mereka buat tidaklah semudah menggunakan prompt pada AI Art Generator, butuh bertahun-tahun untuk mempelajari berbagai kemampuan menggambar, dari anatomi tubuh, spektrum warna hingga perspektif yang membutuhkan jam terbang tinggi untuk menghasilkan satu karya orisinil. Alat-alat penunjang hingga aplikasi menggambar pun tergolong tidak murah, bahkan para ilustrator konvensional juga menggantungkan hidup mereka pada hasil karya yang dibuat, maka tidak salah jika harga commision gambar atau ilustrasi yang beredar di pasaran sangatlah variatif dan tergolong mahal untuk sebagian masyarakat. Kurangnya edukasi masyarakat tentang bidang seni rupa inilah yang menjadikan kurangnya apresiasi untuk para ilustrator, terutama di Indonesia. Hal ini jugalah yang melatarbelakangi maraknya penggunaan AI untuk menghasilkan gambar atau ilustrasi yang diinginkan oleh masyarakat itu sendiri.

Nyatanya penggunaan AI pada bidang seni seakan-akan dinormalisasi oleh masyarakat luas, karena akses dan penggunaannya yang tergolong sangat mudah membuat masyarakat di segala penjuru daerah bisa membuat gambar atau ilustrasi sesuai yang mereka inginkan. Tidak hanya untuk iseng semata, penggunaan AI telah merambah hal-hal esensial seperti untuk berkampanye hingga iklan produk. Makian pun datang dari para ilustrator bagi para pelaku pengguna AI untuk iklan produk atau berkampanye tersebut yang kemudian mereka sebar luaskan ke publik, mereka dianggap tidak berkompeten dan tidak menghargai adanya pekerja seniman yang lebih mumpuni dan bisa mereka pekerjakan untuk hal-hal seperti ini, namun mereka juga berlindung dengan kata-kata ‘sedang trend’ dalam penggunaan AI tersebut.
Perdebatan ini seperti tak pernah berakhir terutama di dalam sosial media. 

Belum cukup permasalahan penggunaan AI untuk berkampanye dan iklan produk, muncul perdebatan baru dimana seseorang yang menganggap dirinya sebagai ‘Artist AI’ atau ‘prompter’ meminta sebuah ‘kredit’ atau hak cipta atas karya AI yang dia buat, dia berdalih penggunaan AI Art Generator juga tidak semudah itu, butuh ide dan prompt yang sangat detail untuk membuat karyanya, kritikan pun datang untuk Artis AI tersebut, kredit yang ia minta dianggap tidak sesuai dengan tempatnya, karena karya yang dibuat bukanlah hasil karya orisinil melainkan dari AI. Kenyataannya dijelaskan oleh hukumonline.com, menurut UU Hak Cipta, karya AI tidak tergolong sebagai ciptaan yang dapat dilindungi oleh hukum, dan AI disini tidak tergolong sebagai pencipta, maka jelas kredit yang diminta oleh Artis AI tersebut tidaklah kuat untuk diperjuangkan. 

Persoalan lain muncul ketika beberapa oknum mulai memperdagangkan seni gambar atau ilustrasi AI ini di media sosial, makian pun datang silih berganti mempertanyakan keorisinilan dari karya AI yang mereka buat, hal ini sesuai dengan persoalan hak cipta, karya gambar atau ilustrasi yang dibuat AI dinilai tidak memiliki hak tersebut. Perdebatan lain juga menyuarakan mengenai adanya dugaan AI yang mencuri berbagai artwork atau seni para ilustrator konvensional di seluruh dunia yang dikumpulkan pada suatu database, hal inilah yang membuat AI Art Generator bisa meniru beberapa artstyle terkenal seperti Disney, Van Gough dan ilustrator atau artis ternama lainnya. Namun dugaan ini masih banyak yang diperdebatkan kebenarannya.

Tak pernah dipungkiri, saat ini kemunculan AI sangatlah membantu kehidupan semua orang, namun juga menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang. Para ilustrator konvensional pun pernah dihantui rasa ketakutan akan digantikannya seni-seni orisinil yang mereka buat oleh AI yang sedang trend sampai saat ini, namun ketakutan itu tak pernah terjadi bagi sebagian ilustrator konvensional, mereka menganggap gambar atau ilustrasi yang dibuat AI terlihat tidak realistis bahkan banyak kesalahan yang dibuat AI, contohnya seperti kurang atau bertambahnya jari pada gambar atau ilustrasi karakter, hingga tidak adanya ‘perasaan’ yang muncul dari karya AI yang dibuat. Kekurangan AI inilah yang membuat rasa percaya diri para ilustrator masih tetap ada melawan kecanggihan AI yang dianggap merugikan mereka.

AI atau Artificial Intelligence memang dinilai sebagai kemajuan teknologi yang paling modern saat ini, kecanggihan yang dimiliki juga dinilai dapat membantu pekerjaan seluruh umat manusia. Namun tidak bisa dipungkiri, di sisi lain AI memang memberikan banyak manfaat untuk semua orang, namun di lain sisi juga, beberapa orang memanfaatkan AI untuk kejahatan internet. Sudah banyak sekali kasus yang memanfaat kecanggihan AI namun sangat merugikan untuk sebagian orang. Dalam hal ini, masyarakat dituntut bijak dalam menggunakan internet terutama AI dan hubungannya dengan bidang kesenian.

Penulis: April
Redpel: Gizemli
Penyunting: Ezram

Komentar

Postingan Populer