Pahlawan Sunyi di Balik Ketahanan Pangan
Jurnis.id — Pada setiap tanggal 24 September, bangsa Indonesia memperingati Hari Tani Nasional. Namun, di balik seremonial tersebut, terdapat kisah-kisah perjuangan para petani yang sering kali luput dari perhatian, seolah mereka adalah "pahlawan sunyi" yang menopang ketahanan pangan. Salah satu kisah tersebut datang dari Suherman, seorang petani berusia 58 tahun di Kabupaten Tangerang, Banten, yang telah mendedikasikan hidupnya selama satu dekade untuk pertanian.
Sehari-hari, di lahan yang ia kelola di Kelurahan Sukaharja, Kecamatan Sindang Jaya, Suherman menanam berbagai jenis sayuran, seperti timun, pare, oyong, dan terong. Namun, perjuangan seorang petani tidak sesederhana itu. Ada rutinitas harian yang menuntut ketekunan, mulai dari menyiram tanaman di pagi hari, menyemprotkan pestisida untuk mengatasi hama, hingga memupuk agar hasil panen maksimal.
Suherman mengungkapkan tantangan terberat yang dihadapinya, yaitu krisis pupuk yang dimulai pada tahun 2022. Pada saat itu, harga pupuk meroket dan pasokannya sangat sulit didapat. Situasi ini memaksa petani untuk berjuang lebih keras agar tanaman mereka tetap hidup dan produktif.
Namun, ada sedikit harapan. Memasuki tahun 2024 hingga 2025, Suherman merasakan adanya kemudahan dalam memperoleh pupuk, terutama dengan adanya subsidi dari pemerintah. Meski begitu, ia menilai dukungan tersebut "sudah mendukung, cuma belum maksimal." Ungkapan ini menjadi kritik halus bahwa sistem yang ada masih memiliki celah, dan petani membutuhkan lebih dari sekadar bantuan sporadis.
Di tengah kompleksitas masalah ini, Suherman menaruh harapan besar pada generasi muda. Ia percaya, para pemuda memiliki potensi untuk membawa perubahan. "Generasi muda yang ingin terjun ke dunia pertanian bisa membawa semangat dan ide baru yang lebih modern, dan tidak malu untuk bertani," tegasnya.
Pernyataan ini bukan hanya sekadar ajakan, melainkan cerminan dari kebutuhan mendesak akan regenerasi petani. Profesi petani kerap dipandang sebelah mata, padahal peran mereka sangat vital. Kisah Suherman mengingatkan kita bahwa ketahanan pangan nasional bergantung pada dedikasi dan ketekunan para petani, para "pahlawan sunyi" yang berjuang di balik layar. Dengan memberikan dukungan yang lebih konkret dan menyeluruh, kita bisa memastikan bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia dan tongkat estafet pertanian dapat diteruskan ke generasi mendatang.
••••
Penulis: Ina
RedPel: Eich
Komentar
Posting Komentar