Program Barak Militer untuk Siswa Nakal di Jawa Barat Tuai Kontroversi

Jurnis.id - Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengenai pengiriman siswa yang dianggap nakal ke barak militer menuai polemik di tengah masyarakat. Program ini bertujuan untuk membentuk kembali disiplin dan karakter siswa yang dinilai sulit ditangani oleh sistem pendidikan konvensional. Fokus utama dari program ini adalah pembinaan karakter melalui pendidikan etika, bela negara, keterampilan praktis, dan pola kedisiplinan yang ketat.


Kebijakan ini muncul sebagai upaya alternatif ketika lembaga pendidikan formal dianggap tidak lagi mampu menangani sebagian siswa yang kerap melanggar norma dan tata tertib sekolah. Alih-alih menjadi solusi tegas terhadap kenakalan remaja, pendekatan ini justru memunculkan perdebatan mengenai efektivitas dan potensi pelanggaran terhadap hak-hak anak


Kebijakan ini menuai kontroversi karena dianggap berisiko melanggar prinsip pendidikan dan hak-hak anak. Kritik utama datang dari kelompok pemerhati pendidikan dan hak anak, yang menilai pendekatan ini terlalu keras dan berpotensi menjadi bentuk hukuman daripada rehabilitasi yang mendidik. Mereka juga mempertanyakan efektivitas metode militeristik dalam menangani perilaku siswa. Kontroversi ini mencerminkan kompleksitas upaya negara dalam menyeimbangkan pembentukan karakter dengan perlindungan hak anak.


Adapun kriteria siswa yang dianggap nakal dan layak dikirim ke barak militer yaitu anak yang terlibat tawuran, membangkang atau bersikap kasar kepada orang tua, sering membuat kekacauan di sekolah, serta membolos sekolah tanpa alasan jelas. Termasuk juga siswa yang mengonsumsi alkohol, terlibat dalam aktivitas memabukkan, atau kecanduan gim hingga mengabaikan sekolah.


Mekanisme pengiriman siswa bermasalah ke barak militer ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antara sekolah dan orangtua siswa. Kegiatan ini difokuskan pada pembinaan yaitu dalam aspek penguatan karakter, dengan materi meliputi pendidikan etika, pengetahuan umum, keterampilan pertanian, hingga pelatihan kedisiplinan. Tujuan utamanya adalah membantu siswa yang terindikasi bermasalah agar terhindar dari perilaku negatif. Pengiriman remaja, terutama anak laki-laki ke barak diyakini dapat menanamkan disiplin, tanggung jawab, dan mengarahkan perubahan perilaku ke arah yang lebih positif.


Dengan aturan yang ketat dan lingkungan yang jauh dari pengaruh negatif, anak-anak bermasalah diharapkan dapat menemukan kembali arah hidup dan semangat belajar. Pemisahan dari lingkungan asal yang menjadi sumber masalah dinilai berpotensi membentuk pola pikir dan sikap baru yang lebih baik.



•••••

Penulis: Rosyati

Redpel: Nabela

Sumber: Kompaspedia.id

Komentar

Postingan Populer