Jurnis.id - Prestasi membanggakan kembali diraih Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang. Program Studi Bisnis Digital secara resmi mendapatkan predikat “Baik Sekali” dari Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (LAMEMBA).
Akreditasi bukan sekadar formalitas administratif bagi sebuah program studi, melainkan simbol mutu dan kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan tinggi. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Program Studi Bisnis Digital Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS), Sugeng Lubar Prastowo, ST., MM, saat ditemui di lokasi kampus.
“Akreditasi itu merupakan indikator mutu. Ketika program studi kita terakreditasi baik, masyarakat punya kepercayaan lebih pada kualitas lulusan dan institusi,” ungkapnya.
Namun, perjuangan menuju akreditasi yang tinggi bukan tanpa tantangan. Prodi Bisnis Digital UNIS baru berjalan dua tahun dan belum memiliki lulusan. Kondisi ini secara umum dianggap mustahil untuk bisa meraih akreditasi “Baik Sekali”. Tapi, Sugeng menolak tunduk pada pandangan pesimistis tersebut.
“Jangan berpikir berdasarkan asumsi, tapi berdasarkan data. Meski belum ada lulusan, bukan berarti tidak bisa meraih akreditasi baik sekali. Kita harus paham instrumen penilaian, lalu melampaui target itu,” tegasnya.
Menurut Sugeng, tantangan terbesarnya justru bukan pada teknis akreditasi, melainkan mengubah pola pikir internal. “Yang paling sulit itu bukan prosesnya, tapi membangkitkan optimisme dari rasa pesimis,” katanya. Ia mengibaratkan perjuangan ini sebagai ikhtiar kolektif sebuah upaya bersama antara dosen, manajemen, hingga tenaga pendukung kampus.
Dalam lanjutan wawancara, Sugeng menekankan bahwa peningkatan mutu akademik bukan hanya soal nilai di atas kertas. Ia menyebut pentingnya integrasi semua komponen kampus: dosen, mahasiswa, manajemen, hingga petugas keamanan dalam menciptakan suasana belajar yang profesional dan bermutu.
“Kalau kita ingin maju, maka tiga hal yang harus ditekankan: pendidikan dan pengajaran yang konsisten, riset yang kuat, dan pengabdian masyarakat yang berdampak,” tuturnya.
Sugeng juga menyoroti pentingnya ketersediaan fasilitas, khususnya laboratorium yang hingga kini belum dimiliki oleh prodi. “Kalau ada laboratorium, bisa unggul bahkan di atas unggul,” ujarnya dengan semangat.
Ia mengakhiri pernyataannya dengan harapan adanya dukungan anggaran yang memadai untuk pengembangan program studi. “Ngomong itu gampang, tapi untuk konsisten dan mewujudkan itu yang sulit. Maka budget jadi penentu,” ujarnya.
Menutup wawancara, Sugeng menyampaikan bahwa kolaborasi adalah jalan utama menuju keberhasilan akreditasi. Dengan kerja sama dari semua elemen mulai dari Dekanat hingga tim Penjamin Mutu, optimisme menjadi nyata, dan hasil pun bisa diraih.
“Sesuatu yang dulu dianggap mustahil, akhirnya bisa kita wujudkan. Yang penting niat baik, ikhtiar sungguh-sungguh, dan tetap optimis,” pungkasnya.
••••• Penulis: Dhara Redpel: Nabela |
mantapp jurniss
BalasHapus