Etika Penggunaan AI dalam Jurnalisme: Menjaga Independensi dan Kredibilitas
Jurnis.id - Perkembangan kecerdasan buatan (AI) dalam industri media memicu perdebatan terkait dampaknya terhadap jurnalisme. Di satu sisi, AI meningkatkan efisiensi dalam produksi berita, tetapi di sisi lain, teknologi ini berpotensi mengancam independensi dan kredibilitas media.
Meskipun AI menghasilkan banyak manfaat, penggunaannya dalam jurnalisme juga menimbulkan tantangan. Salah satunya adalah potensi bias algoritma yang dapat mempengaruhi pemilihan berita. Selain itu, AI berisiko menggeser peran jurnalis, mengurangi lapangan kerja, dan mengancam nilai etika jurnalisme.
Ancaman lainnya adalah penyebaran misinformasi, seperti deepfake, serta terbentuknya "ruang gema" yang membatasi keberagaman perspektif berita. AI juga kesulitan memahami konteks budaya dan nuansa sosial, yang dapat menyebabkan kesalahan interpretasi.
Eric Bergman merupakan salah satu pendiri Factal, berpendapat bahwa AI tidak akan menggantikan peran jurnalis atau analisis yang dihasilkan oleh para pakar. Menurutnya, AI seperti ChatGPT masih memiliki keterbatasan, terutama dalam hal akurasi informasi, karena sering kali "menghalusinasi kesalahan" atau menghasilkan data yang keliru.
Oleh karena itu, ia menekankan bahwa AI lebih cocok digunakan sebagai asisten penelitian yang membantu jurnalis dalam mengolah data dan mencari referensi, bukan sebagai pengganti jurnalis manusia yang memiliki pemahaman mendalam dan analisis kritis terhadap suatu peristiwa.
Penting bagi media untuk bijak dalam mengintegrasikan AI, memastikan bahwa meskipun teknologi terus berkembang, prinsip-prinsip etika, independensi, dan kredibilitas tetap terjaga.
Penulis: Lia
Redpel: Rifsya
Sumber: Kompas
Komentar
Posting Komentar